Tuesday, January 5, 2010
Melatih Anak Disiplin
Melatih Anak Disiplin
Disiplin dalam keluarga sebenarnya adalah pendidikan.
Mendisiplinkan anakanak bukanlah dengan menghukum atau mengatur, namun lebih pada mengajarkan dan mendidik anak untuk berperilaku dan menerapkan nilai-nilai moral.
Disiplin adalah sebahagian dari pendidikan , masalah kepimpinan melalui teladan sangat penting. Anak-anak akan meniru gaya dan tingkahlaku yang dilihat di lakukan oleh orang tua. Disiplin yang efektif adalah dengan memberikan kata-kata ransangan yang membangkitkan dan memberikan motivasi kearah tingkahlaku yang baik. Ransangan-ransangan itu seharusnya tanpa nada teriakan, nada tinggi, pukulan dan cubitan.
Anak-anak tidak akan mengerti dan faham jika hanya di aturkan dengan segala jenis peraturan tanpa tunjukajar dan kefahaman dengan penuh kasihsayang dan rase bertanggungjawab. Tindakan ibubapa yang suke mengarah, Tidak boleh ini-itu, harus begini-begitu. Akhirnya apa yang terjadi peraturan hanya tinggal peraturan. Tidak pernah dipatuhi. Kunci yang utama adalah dengan menunjukkan kepada anak-anak bagaimana satu peraturan itu dijalankan dengan jelas dan berikan kefahaman kenapa ianya perlu diikuti di samping memastikan aturan itu menjadi kebiasaan dan ditegur dengan berhemah jika ianya dilanggari secara berperingkat.
Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua adalah :
1. Memastikan bahwa perbuatan baik mendapatkan hadiah sedangkan perbuatan buruk tidak mendapat apa-apa.
Kedengarannya mudah dan biasa. Kita sering kali merasa malu dan terganggu ketika anak merengek-rengek meminta mainan semasa kita berbelanja. Dengan terpaksa kita mengabulkan permintaan anak. Padahal dari peristiwa ini anak belajar bahwa jika ia merengek pada saat berbelanja maka ia akan mendapatkan hadiah, sementara jika ia bertingkah manis ia tidak mendapat apa-apa. Begitu juga saat anak melakukan atau mengatakan sesuatu hal yang buruk. Terkadang-kadang perkara buruk yang anak-anak lakukan akan mendapat perhatian dari org dewasa, sehingga anak merasa bahwa jika ia melakukan hal yang sama maka ia akan merebut perhatian orang dewasa. Jadi pastikan anda tegas dengan tingkahlaku baik dan buruk anak,dan berikan pengukuhan atas tinglaku yang baik. Seterusnya berikan denda untuk perbuatan yang buruk, mengikut peringkat umur yang sesuai.
2. Berhemat dengan kata larangan
Jangan terlalu banyak menggunakan kata "tidak" dan "jangan". Berhematlah dengan kata "tidak" dan "jangan". Usahakan agar kata ini hanya digunakan untuk hal-hal yang penting, darurat, dan tidak boleh ditafsirkan lain. Anak-anak pada dasarnya semeamgnya aktif dan sentiasa ingin cuba melakukan sesuatu yang baru. Berikan kata positif misalannya "Coba, mari ibu tunjukkan bagaimana omar bole tolong ibu membasuh kereta ibu.." dibandingkan dengan "Omar, jangan sembarangan nak basuh kereta ibu tuh nanti bercalar..." omar tidak suka dilarang melakukan sesuatu dan tidak mengerti maksud dengan "sembarangan". Berikan arahan yang jelas dan positif, agar anak-anak berani dan faham jelas apa yang die boleh atau tidak boleh buat. Gunakan kata tidak dan jangan untuk perkara2 yg jelas larangan yang perlu dipatuhi misalnya, "Omar tidak boleh main pisau, ya!"
3. Jelas
Jangan memberikan aturan yang abstrak dan tidak difahami anak. Kalimat, "Jangan nakal!" terdengar sangat abstrak dan tidak ada artinya bagi anak. Begitu juga dengan, "Jangan buat ibu marah, ya!" Sementara anak tidak tahu apa saja yang membuat ibunya marah. Tetapi katakan dengan jelas bahwa ibu mahu kamu hanya ingin bermain di halaman dengan permainanatau dengan kawan-kawan.
4. Selalu memberikan alasan yang baik dan masuk akal
Hindari pernyataan yang berisikan kata "pokoknya" kecuali hal-hal yang
bersifat darurat. Untuk situasi darurat, penjelasan akan diberikan kemudian.
Penjelasan memberikan anak ruang untuk berpikir sendiri sehingga lain
waktu anak dapat menerapkan hal yang sama dengan pengalaman yang lalu. Misalnya, "Omar, simpan semula tukul itu ditempatnya!" Maka Omar akan bertanya-tanya mengapa? Apakah tukul itu kotor? Berbahaya? Mudah pecah? Atau apa? Jika kita menjelaskan bahwa tukul itu kepunyaan tukang yang sedang memperbaiki jendela, maka anak lain kali akan melakukan hal yang sama (mengembalikan barang yang bukan miliknya).
5. Berikan kepercayaan kepada anak
Anak tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik jika terus-menerus
diawasi dengan ketat. Ada saat-saat tertentu kita harus membiarkan anak
berusaha sendirian. Misalnya, biarkan anak bergaul dengan lingkungannya
tanpa kita terus-menerus mengingatkan ia untuk tidak lupa mengucapkan
salam, terima kasih, maaf dan sebagainya. Biarkan anak berani menyapa
bertamu sendirian, cukup awasi dari jauh. Tindakan ini akan memberikan
ruang untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak dan memberikan kesempatan agar anak bertanggung jawab terhadap segala tindakannya.
6. Konsisten dengan prinsip-prinsip kita
Jika kita menginginkan anak patuh pada aturan, maka kita harus konsisten juga untuk patuh pada peraturan. Sekecil apapun peraturan tersebut. Kita mengajarkan anak untuk membuang sampah pada tempatnya, maka di manapun kita berada, kita harus memberikan contoh dengan membuang sampah pada tempatnya. Begitu juga dengan kesepakatan antar orang tua. Jangan sekali-sekali menunjukkan kepada anak bahwa ayah ibunya bertengkar, terutama berdebat dalam masalah disiplin aak-anak. Jika ada perbedaan pendapat, ayah dan ibu harus menyelesaikannya di tempat yang tidak dilihat dan didengar anak, atau menangguhkan perdebatan. Tunjukkan bahwa kita adalah orang tua yang dihormati dan tidak ada yang lebih patut dipatuhi atau disegani. Sebab pada beberapa keadaan dimana anak lebih takut pada figure ayah dari apa yg ayah cakapkan, sehingga jika ayah tidak ada mereka berani membangkang.
7. Memastikan bahwa apa yang diharapkan cukup masuk akal
Setiap anak memiliki kemampuan dan pemahaman yang berbeda, pada usia yang juga berbeda. Oleh karena itu, peraturan dan disiplin yang diterapkan pada anak harus disesuaikan dengan kemampuan dan usia anak. Anak usia kecil mungkin belum dapat diberi peraturan membawa sendiri piring dan gelasnya ke dapur sesudah makan. Tapi mereka cukup patut diberi penghargaan jika mau makan tanpa disuap. Keadaan ini tentu tidak tidak sama dengan kakaknya yang sudah duduk di Taman Kanak-kanak atau Sekolah rendah.
8. Berbicara kepada anak dengan cara yang baik, tidak dengan merendahkan harga diri anak, memaki atau berteriak. Anak-anak mestinya memiliki perasaan yang halus. Makian, bentakkan dan kata-kata yang kurang mempertimbangkan harga diri anak akan mencederai hati mereka. Mereka akan sangat sedih dan terluka. Peristiwa ini akan memberi bekas yang mendalam hingga mereka dewasa.
Pernah Rasulullah SAW melarang seorang sahabat yang bersikap kasar kepada seorang anak yang mengencingi Rasulullah SAW karena beliau sangat memahami bahwa kerusakan yang diakibatkan sikap kasar tersebut akan membekas dan sulit untuk dihilangkan. Jauh lebih sulit daripada membersihkan najis pada baju beliau. Apalagi jika sejak kecil anak didera, dicemoh dgn celaan, maka anak akan tumbuh tanpa rasa percaya diri dan harga diri yang rendah.
9. Biarkan anak memikul konsekuensi dari perbuatannya
Ajarkan anak tentang konsekwensi dan tanggung jawab. Ketidakmampuan anak untuk memperbaiki keadaan bukanlah alasan utk melepaskan anak dari tanggung jawab. Misalnya Omar marah dan membuang gelas susunya ke lantai, maka biarkan Omar memikul konsekwensinya dengan menyuruhnya membersihkan tumpahan susu tadi. Mungkin Omar masih belum dapat membersihkan lantai dengan bersih namun paling tidak ia harus merasakan akibat dari perbuatannya. Setelah Omar membersihkan seadanya, barulah kita menyempurnakan pekerjaan Omar tadi. Jangan sekali-kali mengambil alih pekerjaan membersihkan lantai sambil meleteri Omar, dan membiarkan omar tidak melakukan apa-apa. Masalah ini juga perlu disosialisasikan kepada seluruh anggota keluarga, terutama para pembantu rumah tangga. Larangi mereka untuk mengambil alih tugas dan tanggungjawab yang telah dijatuhkan kepada anak-anak kita.
10. Penerapan konsekuensi harus dilakukan secepat mungkin
Jika anak berbuat salah, penerapan konsekwensinya harus dilakukan secepat yang mungkin dan tepat kepada sasarannya. Misalnya, Omar memukul temannya. Maka secepat mungkin setelah Omar melakukannya, kita harus langsung menegur dengan tegas. Sebutkan perbuatan yang kita tegur dan berikan hukumannya segera. Jika tidak, anak akan merasa bahwa perkara buruk yang telah dilakukannya adalah dibolehkan atau diterima. Sekiranya hukuman lambt diberikan, anak akan segera melupakan peristiwa itu, sehingga ketika hukuman dijatuhkan, anak akan bingung dan merasa diperlakukan tidak adil. "Kenapa aku dihukum, ya? Apa salahnya aku ?" Disiplin dimulai dari rumah sejak usia muda. Masalah-masalah contoh diatas ternyata dapat membentuk sifat kedisiplinan pada anak. Jadi, tergantung bagaimana kita memperlakukan mereka. Wallahu 'alam
***
Friday, January 1, 2010
Persepsi Gambar
Dunia Yang Semakin Kecil
Selamat Raya Aidil Adha, Selamat Tahun Baru Hijrah, Selamat Tahun Baru Masehi..begitu lama rasenya tidak mengemaskinikan laman nih..rindu juga dengan teman2 bloggers semua..apakan daya komitmen lain banyak yang terpaksa di utamakan terutama semasa cuti nih byk program2 fizikal yang melibatkan masa dan tenaga yang perlu diberikan tumpuan terutama kepada keluarga di kampong...
tertarik dgn artikel nih harap dapat menafaat darinya...
Kisah 'Broadband' Hati
Hasil Nukilan syuk88DALAM dunia kepenggunaan Internet, perkhidmatan broadband (jalur lebar) menjadi idaman. Broadband menjanjikan hubungan 24 jam dengan dunia maya global. Namun pernahkan hubungan 24 jam dengan Allah menjadi suatu matlamat yang ingin dicapai?Maka hati ini hanyalah untuk diserahkan kepada Allah semata-mata.
Sungguh ironi. Saya sendiri berasa cukup kecewa, bengang dan geram apabila Internet terputus (disconnect). Bagaimanapun, hati yang sering disconnect dengan Tuhan tidak pula dibarengi dengan perasaan yang serupa. Sedangkan ketika solat pun sering disconnect, apalagi bila ke pasaraya, pantai, taman tema dan sebagainya.
Hati yang berhubungan dengan Allah dalam sebarang keadaan, masa dan tempat tentunya dimiliki oleh mereka yang istimewa di sisi Allah. Mereka malah disebut-sebut oleh Allah dalam firman-Nya sebagaimana dalam surah ali-'Imran ayat 190- 191.
Firman Allah yang bermaksud,
"Sesungguhnya tentang kejadian langit dan bumi dan perselisihan malam dan siang itu, ada beberapa tanda bagi orang yang mempunyai fikiran. Mereka yang menyebut nama Allah sambil berdiri, sambil duduk, dan sambil berbaring, mereka berfikir tentang kejadian langit dan bumi (sambil berkata): Wahai Tuhanku! Engkau tidak jadikan semua ini dengan sia-sia Maha suci Engkau! Dengan itu peliharakanlah kami dari api neraka."
Maksud surah an-Nisa' ayat 103, antara lain Allah berfirman dengan maksud,
"Maka apabila kamu telah mendirikan solat, ingatlah pada waktu berdiri, duduk, maupun berbaring...."
Ayat-ayat di atas antara lain mengandungi saranan dan formula untuk sentiasa ingatkan Allah biarpun di luar waktu ibadah khusus atau mungkin diluar masjid. Lantaran langit, matahari, bulan, bintang, tumbuh-tubuhan dan binatang-binatang semuanya merupakan modal dan inspirasi untuk ingatkan Allah.
Tanda-tanda kebesaran Allah juga tersirat di balik kotaraya-kotaraya yang sarat dengan hutan batu. Allah cipta silika untuk dibuat gelas kaca bagi menghiasi kebanyakan bangunan moden. Allah turut mencipta besi, pasir, batu marmar dan lain-lain bahan-bahan pelengkap dalam pembinaan sesebuah bangunan.
Untuk kenderaan yang melata, Allah ciptakan getah sebagai bahan asas kepada tayarnya. Untuk makanan, Allah ciptakan tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang agar dimanfaatkan oleh manusia. Di sebalik roti canai ada pokok gandum yang Allah cipta. Di sebalik teh tarik, ada pokok teh yang Allah hidupkan!
Dan di sebalik pokok-pokok tersebut, Allah turunkan hujan sebagai syarat penting untuk tumbesarannya. Allah cipta matahari untuk membolehkan biji-biji gandum dan daun-daun teh tumbuh subur menerusi proses fotosintesis.
Dalam diri manusia sendiri sahaja dapat mencetuskan daya ingat dan zikir kepada Allah. Tangan dan kaki yang boleh bergerak, mata yang melihat, telinga yang mendengar, mulut yang berkata misalnya sungguh ajaib penciptaannya. Di samping sistem pernafasan, sistem penderiaan, sistem pencernaan, sistem perkumuhan dan lain-lain.
Pun begitu, untuk lidah mengucap 'subhanallah' dan 'alhamdulillah' dengan tanda-tanda kebesaran Allah tersebut tentunya memerlukan latihan dan kemahuan diri yang tinggi. Ia mesti dilazimi sehingga sebati di lidah dan di hati. Ini termasuklah doa masuk dan keluar tandas, doa sebelum dan selepas makan, istighfar, ucapan 'innalillahi wainna ilaihi raji'un' sewaktu ditimpa musibah dan lain-lain.
Allah juga telah sediakan program yang sistematik agar manusia tidak lekang ingatkan-Nya. Sebagai contoh, dalam sehari, Allah programkan lima kali solat fahdhu. Dalam seminggu, Allah programkan solat Jumaat yang diiringi khutbah. Dalam setahun, ada Ramadhan selama sebulan. Dalam seumur hidup, ada pula program haji dan umrah bagi yang berkemampuan.
Firman Allah yang bermaksud,
"Kerana itu ingatlah kepada-Ku nescaya Aku ingat kepadamu dan bersyukurlah kamu kepada-Ku dan jangan kamu mengingkari nikmat-Ku."
(Al-Baqarah: 152)
Hati yang ikhlas berzikir kepada Allah sudah tentu mendapat perhatian rahmat dan kasih sayang daripada Allah. Allah akan murahkan rezekinya dan mudahkan urusannya, di samping akan memberikan kekuatan kepada hati tadi untuk menapis segala bentuk khurafat dan menepis sebarang maksiat.
Hayatikan lagi kalam mulia yang bermaksud ini,
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingati Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang."
(Ar-Ra'd: 28)
Siapa lagi yang boleh mentenangkan jiwa manusia kalau bukan Allah? Apakah cara yang paling berkesan malah mempunyai kesan yang berpanjangan untuk mengecapi hati yang tenang kalau bukan dengan zikrullah? Kata orang, bila hati tenang, tempat yang sempit terasa lapang, bila hati resah, tempat yang lapang bagaikan terhimpit.
Nabi Muhammad s.a.w. pastinya model terbaik buat umat, malah bagi seluruh umat manusia. Dalam suatu riwayat oleh Imam Muslim, kata Aisyah r.a. yang bermaksud,
"Adalah Rasulullah s.a.w. berzikir kepada Allah setiap masa."
Baginda s.a.w. yang berniaga, mengepalai rumahtangga, memimpin masyarakat dan negara itu terlalu sibuk dengan tugas menyampaikan risalah Islam di samping sibuk dengan amalan harian solat berjamaah, membaca al-Quran dan sebagainya.
Justeru, menyibukkan diri dengan solat lima waktu secara berjamaah, puasa, haji, baca al-Quran, menghadiri majlis ilmu dan tazkirah, berdakwah, mengamalkan doa-doa ringkas harian dan lain-lain insya-Allah akan membuka jalan untuk hidayah Allah.
Perkongsian dari seorang sahabat...
Sumber : http://abangmodul.blogspot.com
Friday, October 2, 2009
Beraya di Melaka
Lama dah tak pergi ke Melaka bersama bapa dan mak mertua..selalu pergi beraya sana on the way pulang ke johor bahru. Kali ni pak mertua beriya2 ajak balik ke Melaka melawat kakak angkatnya. Yang pelik kali ini dia ajak juga pergi ke kampong tempat rumah lama yang tinggal nostalgia pahit yang menjadi sejarah yang tidak mahu dilalui dan dilihat sebelum ini. Sadisnya kalau hendak disharekan di sini..tetapi apa saja hajat org tua yg mana tidak menyalahi syarak, wajib ditunaikan sebagai seorang anak.
Ada cerita sedih bagi orang2 tua yang tinggal dikampong halaman yang tinggal seorg diri walaupun umur dah mencecah 90an, kerana anak2 tidak dapat tinggal bersama kerana tugas dan tjawab masing dan siibu pula tidak selesa melain duduk rumah sendiri dan ingin mengakhiri hayatnya di rumah sendiri. Ini yang menyebabkan anak2 berasa serba salah, hendak ditinggalkan ibu sendiri, tp kerana tugas dan mencari rezeki terpaksa dilepaskan ibu keseorangan dengan kunjungan hujumg minggu dan semasa cuti. Mujur ada jiran2 dan sedaramara terdekat yang bole diamanahkan utk melihat2kn keadaan sibu.
Ada cerita gembira di mana anak2 sanggup berhenti kerja dan suami diajak berpindah tugas yang berdekatan semata2 utk menjaga dan menemani ibu yang sudah tua. Sesungguhnya ibu mana yang tidak suka seorang anak yang sanggup melepaskan jawatan mewah semata2 utk menjaga dia, semua ini bergantung juga pada pendapatan dan restu suami.
Ada cerita yang terpaksa meninggalkan kampong halaman kerana hasad dengki sedara mara yang tidak boleh melihat kesenangan orang lain. Tinggallah rumah dimakan anai2 terbiar dimamah hutan kerana kesihatan dan ketenangan lebih penting dari rumah yang tersergam indah.
Begitu lah suasana kampong yang ditinggalkan dan xramai orang muda yang suka tinggl dikampong malah berhijrah kebandar2 atas desakan tugas dan sara hidup.. Yang menjadi masalahnya warga tua yang masih tinggal.. apakah sanggup kita membiarkan mereka tidak terbela?? sedangkan semasa mudanya mereka boleh menjaga kita kalau 10 org anak, 8, 6 dari kecil sehingga dewasa.. kate org 1 emak boleh menjaga 10 anak tp 10 anak x semua yang dapat menjaga emak bila sudah uzur tua dan sakit2....
Begitu lah kita nanti bila sudah tua..hidup seperti roda yang berpusing kite semua bakal berhadapan dgn situasi yg sama yang ibubapa kita telah hadapi...so ingt2kan lah generasi baru agar jasa dan budi yg telah org tua curahkan kepada mereka..sayangi dan hormati mereka dan berjasa dan berkhidmat sementara mereka masih ada.... jika dah tiada jangan menyesal dikemudian hari tidak sempat mendapat keredaan dan restu dari kedua orang tua kita....
Muhasabah ini khas ditujukan kepada diri sendiri dan kaum keluarga ku semoga banyak pengajaran yang di dapati dari kunjungan beraya di kampong...
Tuesday, September 29, 2009
Saturday, September 12, 2009
Dapat kad raya dan duit raya dr rakan cyber
Thursday, September 3, 2009
Happiness or Joy?
You cannot get happy and stay happy.
Joy connects us to the creative power.
When we are centered we may find peace. | just want to be happy!"Asking most people what they want from life gets the same answer, "I just want to be happy." There is a common belief that happiness is something that can be achieved and held on to it. We look forward to that time in which we can finally be happy, but it continually recedes. We want to get to the top of the Wheel of Life and stay there. When in high school, we think, "If I can just graduate then I will be happy." Graduation, however, is not fulfilling, and we decide "If I go to college then life will be better." But a college education does not bring happiness. Maybe it will come upon finding the right job, or getting married, or having children, or retiring. The goal remains elusive. The "happiness that lasts" is never found because it is actually impossible to get happy and stay happy. If life is based on obtaining happiness, then we will always fall short because life is always changing as the wheel turns.Joy versus HappinessIt is far better to seek "joy." Joy is related to happiness, but it is a deeper experience. In the search for happiness the individual focuses upon himself, but joy moves a person out of a self-centered preoccupation and provides an orientation towards others. Joy is an experience which connects us to that which is "Greater" than we are. It connects us to the creative power that is more than the "I" or ego. Joy gets us out of ourselves and in contact with this "Other" and with others. Joy can sustain us throughout the four phases of life. If we are willing to give up the search for happiness, we may find joy. It exists near the center of the wheel where happiness and suffering meet and intermingle. To make such a move off the rim from happiness into suffering requires faith. Faith is also found at the center of the Wheel of Life. It is where Loss and Hope intersect. Faith comes from the action of moving towards the center. It is not that we have faith first and then act. We act first. Moving towards hope in the midst of loss gives birth to faith. This is a move that engages rather than avoids suffering. The creative power at the center of the wheel brings into being Faith and Joy. They exist in the context and container of Love, which is also at the center of the wheel. To love is to respect and value ourselves while breaking out of limited self interest and reaching out to others. It is Love, Joy, and Faith that give meaning to life, and they arise from being centered. Seeking the CenterIn seeking joy, faith, and love we must move off of the rim of the wheel towards the center. The creative power of the wheel will be found at the center. Here is the energy that actually turns the wheel. What is the nature of this power? It is the power that is over and above the ego. It is the point of integration that is greater than the ego. It is often referred to as God. God is at the still point -the axis- where the wheel is set into motion and is continually turned. Such an image of the "Wheel Turning God" can be distressing to many people. It seems to show God "causing" bad things to happen. It really means that God is always present at the heart of all things no matter what is happening.If we can be centered in God, that which is Greater, then we are strengthened. |